Pura Luhur Segara Penimbangan, Buleleng
Pura Segara Penimbangan Penyeimbang Gumi BaliPURA
Segara Penimbangan di tepi Pantai Penimbangan Singaraja dipercaya
sebagai pura penyeimbang gumi Bali. Dari segi lokasi, pura ini memang
berada di tengah antara Buleleng bagian barat dan Buleleng bagian timur.
Sesuai dengan namanya, Penimbangan, pura ini seperti sebuah titik untuk
menyeimbangkan barat dan timur agar bumi jadi harmonis dan damai.
Odalan di Pura Penimbangan akan berlangsung pada Purnama Kapat, Selasa (11/10) lusa. Krama Adat Desa Panji yang menjadi pengempon pura itu sudah bersiap untuk menyelenggarakan upacara yang bukan hanya dihadiri krama di Panji, namun juga sejumlah krama dari seluruh Buleleng. Odalan akan digelar selama tiga hari berturut-turut.
Klian Desa Pakraman Panji, Kecamatan Sukasada, Gusti Nyoman Tiga, didampingi Jero Mangku Segara menuturkan, tidak ada bukti otentik terkait sejarah berdirinya Pura Segara Penimbangan. Yang dia ketahui dari pendahulunya pura itu sudah ada sejak turun-temurun. Bahkan, sebelum Raja Buleleng Anglurah Pandji Sakti memegang kendali pemerintahan di Bali Utara, Pura Segara Penimbangan sudah berdiri kokoh. ''Kami tidak tahu persis dan dari pendahulu-pendahulu kami memberitahukan pura itu sudah ada sebelum Raja Buleleng Pandji Sakti memerintah sudah ada pura itu,'' tuturnya.
Menurut Tiga, walau tidak diketahui dengan persis sejarahnya, namun krama Desa Adat Panji merupakan pengempon dan menjaga kelestarian pura. Tercatat 1.500 kepala keluarga (KK) menjadi pengempon pura termasuk ngayah pada saat piodalan yang tiba setiap tahun.
Nyoman Tiga menambahkan, areal Pura Penimbangan luasnya diperkirakan 75 are. Untuk jeroaan ukurannya diperkirakan 30 x 20 meter persegi. Sementara di sebelah utara penyengker pura sudah berbatasan dengan laut dan bahkan ketiga ombak pasang, penyengker pura ini terendam air laut. Namun syukur sudah ada pencegahan abrasi dengan pemasangan deker-deker beton untuk memecah ombak.
Sementara Jero Mangku Segara menjelaskan, Pura Penimbangan terdapat sejumlah pelinggih berupa meru dan padma. Di sebelah timur terdapat tujuh buah pelinggih dan di sebelah selatan dibangun sembilan buah pelinggih. Sementara di jabaan terdapat tiga buah pelinggih. Pelinggih di sisi timur merupakan pelinggih Ida Bhatara Ngurah Nyarikan, Dewa Bestala, Ngurah Pasek, Kebayan, Dewa Ngurah Agung Segara, Ulun Danu, dan Surya. Sementara, pelinggih di selatan merupakan Ida Bhatara Ayu Mas Taman, Ngurah Bukit, Dewa Ngurah Segara, Majapahit, Wahyu Mas Penganten, Dewa Ayu Manik Galih, dan Dewa Taksu. Sementara di luar penyengker pura tepatnya di ujung selatan terdapat pelinggih Ida Bhatara Ratu Sapu Jagat.
Selain itu, di Pura Segara Penimbangan juga terdapat pelinggih Ida Bhatara Dewa Taksu Bungkahing Kaang. Satu-satunya pelinggih ini yang diketahui sejarahnya. Di mana pada masa itu seorang pedagang asal Cina yang hendak berdagang ke Buleleng menggunakan kapal. Saat kapal sandar di Pantai Penimbangan, tiba-tiba kapal dari Cina itu rusak dan karam di tengah laut. Pedagang ini berusaha meminta pertolongan masyarakat Panji dan sekitarnya, namun tidak mampu memperbaiki kapal yang mengalami kerusakan. Pemilik kapal kembali meminta tolong kepada Raja Panji Ki Pungakan Gendis. Namun, gagal menolong kapal dagang asal Cina tersebut. Hingga akhirnya kapal ditolong oleh Ki Barak Pandji hingga kapal berhasil diselamatkan. Pedagang asal Cina ini kemudian memberikan imbalan atas pertolongan itu dan membangun sebuah pelinggih di kawasan Pura Penimbangan.
Satu ciri khas pelinggih ini arsitekturnya bercampur antara Cina dan Hindu. ''Ini masih asli arsitekturnya dan mejadikan keunikan pura dan kepercayaan krama kami untuk menyungsung Ida,'' jelas Mangku Segara. (kmb/ole)
Odalan di Pura Penimbangan akan berlangsung pada Purnama Kapat, Selasa (11/10) lusa. Krama Adat Desa Panji yang menjadi pengempon pura itu sudah bersiap untuk menyelenggarakan upacara yang bukan hanya dihadiri krama di Panji, namun juga sejumlah krama dari seluruh Buleleng. Odalan akan digelar selama tiga hari berturut-turut.
Klian Desa Pakraman Panji, Kecamatan Sukasada, Gusti Nyoman Tiga, didampingi Jero Mangku Segara menuturkan, tidak ada bukti otentik terkait sejarah berdirinya Pura Segara Penimbangan. Yang dia ketahui dari pendahulunya pura itu sudah ada sejak turun-temurun. Bahkan, sebelum Raja Buleleng Anglurah Pandji Sakti memegang kendali pemerintahan di Bali Utara, Pura Segara Penimbangan sudah berdiri kokoh. ''Kami tidak tahu persis dan dari pendahulu-pendahulu kami memberitahukan pura itu sudah ada sebelum Raja Buleleng Pandji Sakti memerintah sudah ada pura itu,'' tuturnya.
Menurut Tiga, walau tidak diketahui dengan persis sejarahnya, namun krama Desa Adat Panji merupakan pengempon dan menjaga kelestarian pura. Tercatat 1.500 kepala keluarga (KK) menjadi pengempon pura termasuk ngayah pada saat piodalan yang tiba setiap tahun.
Nyoman Tiga menambahkan, areal Pura Penimbangan luasnya diperkirakan 75 are. Untuk jeroaan ukurannya diperkirakan 30 x 20 meter persegi. Sementara di sebelah utara penyengker pura sudah berbatasan dengan laut dan bahkan ketiga ombak pasang, penyengker pura ini terendam air laut. Namun syukur sudah ada pencegahan abrasi dengan pemasangan deker-deker beton untuk memecah ombak.
Sementara Jero Mangku Segara menjelaskan, Pura Penimbangan terdapat sejumlah pelinggih berupa meru dan padma. Di sebelah timur terdapat tujuh buah pelinggih dan di sebelah selatan dibangun sembilan buah pelinggih. Sementara di jabaan terdapat tiga buah pelinggih. Pelinggih di sisi timur merupakan pelinggih Ida Bhatara Ngurah Nyarikan, Dewa Bestala, Ngurah Pasek, Kebayan, Dewa Ngurah Agung Segara, Ulun Danu, dan Surya. Sementara, pelinggih di selatan merupakan Ida Bhatara Ayu Mas Taman, Ngurah Bukit, Dewa Ngurah Segara, Majapahit, Wahyu Mas Penganten, Dewa Ayu Manik Galih, dan Dewa Taksu. Sementara di luar penyengker pura tepatnya di ujung selatan terdapat pelinggih Ida Bhatara Ratu Sapu Jagat.
Selain itu, di Pura Segara Penimbangan juga terdapat pelinggih Ida Bhatara Dewa Taksu Bungkahing Kaang. Satu-satunya pelinggih ini yang diketahui sejarahnya. Di mana pada masa itu seorang pedagang asal Cina yang hendak berdagang ke Buleleng menggunakan kapal. Saat kapal sandar di Pantai Penimbangan, tiba-tiba kapal dari Cina itu rusak dan karam di tengah laut. Pedagang ini berusaha meminta pertolongan masyarakat Panji dan sekitarnya, namun tidak mampu memperbaiki kapal yang mengalami kerusakan. Pemilik kapal kembali meminta tolong kepada Raja Panji Ki Pungakan Gendis. Namun, gagal menolong kapal dagang asal Cina tersebut. Hingga akhirnya kapal ditolong oleh Ki Barak Pandji hingga kapal berhasil diselamatkan. Pedagang asal Cina ini kemudian memberikan imbalan atas pertolongan itu dan membangun sebuah pelinggih di kawasan Pura Penimbangan.
Satu ciri khas pelinggih ini arsitekturnya bercampur antara Cina dan Hindu. ''Ini masih asli arsitekturnya dan mejadikan keunikan pura dan kepercayaan krama kami untuk menyungsung Ida,'' jelas Mangku Segara. (kmb/ole)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar