PURA PERANCAK
Pura
Perancak terletak di pinggir laut, wilayah Desa Perancak, Kecamatan Negara,
Kabupaten Jembrana. Jaraknya dari Kota Negara kira-kira 19 kilometer. Jalan
menuju pura tersebut cukup baik dan sudah diaspal. Bisa dijangkau dengan kendaraan bermotor
Panorama sekitar pura adalah lautan dan kebun kelapa.
Bagaimana sejarah berdirinya pura ini? Menurut lonlur Dharma Yatra Danghyang
Nirartha cerita berawal dari adanya kesalahpahaman. Ketika itu, akibat
salah paham, raja Blambangan, Dalem Juru menunjukkan sikap yang kurang hormat
terhadap Danghyang Nirartha. Oleh karena sikapnya itu, tidak ada pilihan lain
bagi Danghyang Nirartha, kecuali meninggalkan istana Kerajaan Blambangan.
Bekemas-kemaslah beliau bersama istri dan ketujuh putra-putrinya untuk
menyeberang ke Pulau Bali. Di samping pakaian dan perbekalan secukupnya, beliau
juga membawa barang-barang pusaka, berupa sebuah keris yang bernama si Baju Jeriji
serta sebuah tongkat yang bernama si Baru Rambat.
Pada hari dan waktu yang telah ditetapkan, sekitar tahun 1478, berangkatlah
beliau menuju Pantai Blambangan bersama istri yang bernama Sri Putri Keniteh
dan tujuh orang putra-putrinya yang bernama DIah Wiraga Slaga, Ida Wiraga
Sandi, Ida Lor, Ida Ler, Ida Istri Rahi, Ida Telaga dan Ida Keniten.
Di pantai Blambangan atas bantuan seorang nelayan, beliau diberi meminjam
sebuah perahu (jukung) dalam keadaan bocor. Agar bisa dipakai lebih baik,
lubang jukung yang menyebabkan kebocoran itu ditutup dengan daun labu kili.
Jukung itu dipergunakan oleh istrinya beserta putra-putrinya menyebrang ke
Pulau Bali. Sedangkan beliau scndiri mempergunakan tabu kiti yang isinya teiah
dibuang.
Meskipun memakai sarana penyeberangan yang sederhana, mercka bisa menyebarangi
lautan dengan selamat. Mereka merapat di pantai daerah Jembrana. Ketika itu,
Jembrana dikuasai oleh seorang anglurah bernama I Gusti Ngurah Rangsasa,
Penguasa Jembrana ini mengemong sebuah pura bernama Pura Usang.
Kendatipun telah uda pengelurah di Jembrana, tapi masyarakatnya masih bersitut
"Uraga Pati" yailu di mana mereka dalam keadaan kegelapan, budi
pekerti yang rendah dan sering menghumbar hawa nafsu.
Di Daerah Jembrana, Danghyang Nirartha mengajarkan agama kepada masyarakat Pada
suatu hari, I Gusti Ngurah Rangsasa sebagai penguasa daerah Jembrana dengan
diiringi oleh pengawalnya menghadap Danghyang Nirartha untuk diskusi soal agama
dan pura. I Gusti Ngurah Rangsasa meminta kepada Danghyang Nirartha untuk
sembahyang pada Pura Usang. Danghyang Nirartha bersedia sembahyang, Baru saja
Danghyang Nirartha mengatupkan tangan untuk segera mulai sembahyang, pura itu
pecah.
Pecahnya Pura Usang adalah merupakan suatu tanda kekalahan I Gusti Ngurah
Rangsasa dalam diskusi dengan Ida Danghyang Nirartha- Pada akhirnya I Gusti
Ngurah Rangsasa merasa malu dan mohon pamit, serta melanjutkan perjalanan untuk
bertapa. Setelah I Gusti Ngurah Rangsasa meninggal, masyarakat setempat
membangun sebuah pura yang bernama Pura Ratu Gede Rangsasa untuk menghormati
jasa-jasanya selama hidupnya. Sedangkan untuk menghormati jasa-jasa Danghyang
Nirartha, dibangunlah sebuah pura dekat bekas Pura Usang yang diberi nama Pura
Perancak.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar