Kamis, 30 Oktober 2014

Pura Luhur Purancak, Jembrana (1)


PURA PERANCAK
 
        Pura Perancak terletak di pinggir laut, wilayah Desa Perancak, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana. Jaraknya dari Kota Negara kira-kira 19 kilometer. Jalan menuju pura tersebut cukup baik dan sudah diaspal. Bisa dijangkau dengan kendaraan bermotor Panorama sekitar pura adalah lautan dan kebun kelapa.
            Bagaimana sejarah berdirinya pura ini? Menurut lonlur Dharma Yatra Danghyang Nirartha cerita berawal dari adanya kesalahpahaman. Ketika itu, akibat salah paham, raja Blambangan, Dalem Juru menunjukkan sikap yang kurang hormat terhadap Danghyang Nirartha. Oleh karena sikapnya itu, tidak ada pilihan lain bagi Danghyang Nirartha, kecuali meninggalkan istana Kerajaan Blambangan. Bekemas-kemaslah beliau bersama istri dan ketujuh putra-putrinya untuk menyeberang ke Pulau Bali. Di samping pakaian dan perbekalan secukupnya, beliau juga membawa barang-barang pusaka, berupa sebuah keris yang bernama si Baju Jeriji serta sebuah tongkat yang bernama si Baru Rambat.
            Pada hari dan waktu yang telah ditetapkan, sekitar tahun 1478, berangkatlah beliau menuju Pantai Blambangan bersama istri yang bernama Sri Putri Keniteh dan tujuh orang putra-putrinya yang bernama DIah Wiraga Slaga, Ida Wiraga Sandi, Ida Lor, Ida Ler, Ida Istri Rahi, Ida Telaga dan Ida Keniten.
            Di pantai Blambangan atas bantuan seorang nelayan, beliau diberi meminjam sebuah perahu (jukung) dalam keadaan bocor. Agar bisa dipakai lebih baik, lubang jukung yang menyebabkan kebocoran itu ditutup dengan daun labu kili. Jukung itu dipergunakan oleh istrinya beserta putra-putrinya menyebrang ke Pulau Bali. Sedangkan beliau scndiri mempergunakan tabu kiti yang isinya teiah dibuang.
            Meskipun memakai sarana penyeberangan yang sederhana, mercka bisa menyebarangi lautan dengan selamat. Mereka merapat di pantai daerah Jembrana. Ketika itu, Jembrana dikuasai oleh seorang anglurah bernama I Gusti Ngurah Rangsasa, Penguasa Jembrana ini mengemong sebuah pura bernama Pura Usang. Kendatipun telah uda pengelurah di Jembrana, tapi masyarakatnya masih bersitut "Uraga Pati" yailu di mana mereka dalam keadaan kegelapan, budi pekerti yang rendah dan sering menghumbar hawa nafsu.
            Di Daerah Jembrana, Danghyang Nirartha mengajarkan agama kepada masyarakat Pada suatu hari, I Gusti Ngurah Rangsasa sebagai penguasa daerah Jembrana dengan diiringi oleh pengawalnya menghadap Danghyang Nirartha untuk diskusi soal agama dan pura. I Gusti Ngurah Rangsasa meminta kepada Danghyang Nirartha untuk sembahyang pada Pura Usang. Danghyang Nirartha bersedia sembahyang, Baru saja Danghyang Nirartha mengatupkan tangan untuk segera mulai sembahyang, pura itu pecah.
            Pecahnya Pura Usang adalah merupakan suatu tanda kekalahan I Gusti Ngurah Rangsasa dalam diskusi dengan Ida Danghyang Nirartha- Pada akhirnya I Gusti Ngurah Rangsasa merasa malu dan mohon pamit, serta melanjutkan perjalanan untuk bertapa. Setelah I Gusti Ngurah Rangsasa meninggal, masyarakat setempat membangun sebuah pura yang bernama Pura Ratu Gede Rangsasa untuk menghormati jasa-jasanya selama hidupnya. Sedangkan untuk menghormati jasa-jasa Danghyang Nirartha, dibangunlah sebuah pura dekat bekas Pura Usang yang diberi nama Pura Perancak.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar