Pura Amerthasari di Banjar Merthasari Desa Adat
Lokasari, Loloan Timur, Kabupaten Jembrana adalah pura untuk memuja
Tuhan sebagai Dewa Ayu Manik Galih. Tujuan pemujaan ini adalah untuk
mendapatkan motivasi religius dalam mengembangkan kehidupan yang
sejahtera. Dewa Ayu Manik Galih sebutan lain dari Tuhan sebagai dewanya
padi. Suburnya tanaman pangan yang disebut padi itu adalah simbol
kemakmuran ekonomi.
Dalam tradisi kehidupan beragama Hindu di Bali, Dewa
Ayu Manik Galih itu adalah sebutan lain dari Dewi Sri. Dewa Wisnu
”Saktinya” adalah Dewi Sri sebagai dewinya kemakmuran ekonomi. Mengapa
saktinya Dewa Wisnu yang dipuja. Hal ini mempunyai nilai aplikatif dalam
mengimplementasikan pemujaan pada Tuhan.
Sakti dalam pustaka suci Wrehaspati Tattwa 14
dinyatakan: Sakti ngaranya ikang sarwa jnanya lawan sarwa karya. Artinya
Sakti namanya yang banyak ilmu dan banyak kerja. Ilmu yang diamalkan
dalam kerja itulah yang disebut sakti. Dengan demikian pemujaan Dewi Sri
sebagai Saktinya Dewa Wisnu mengandung makna bahwa untuk mengembangkan
dan melindungi kehidupan yang makmur sejahtera tidak cukup hanya dengan
memuja Tuhan dengan mencakupkan tangan di depan tempat pemujawan Dewi
Sri.
Pemujaan itu hendaknya dilanjutkan dengan
mengembangkan ilmu pengetahuan dengan tepat, baik dan benar dalam wujud
berbagai pekerjaan nyata. Dalam ilmu itu ada nilai dan konsep.
Wujudkanlah nilai dan konsep itu dalam kerja sehingga memperoleh pahala
mulia dari Tuhan. Dalam memelihara kehidupan yang makmur dan sejahtera
itu menurut Canakya Nitisastra XIV.18 yang dikutip di atas ini adalah mengembangkan dan melindungi lima hal yaitu Dharma, Dhana, Dhanyan, Guru Wacana dan Ausada.
Dharma itu sering disinonimkan dengan agama. Artinya
kalau ingin hidup sejahtera pelihara dan kembangkanlah dharma agama
dengan tepat, baik dan benar. Agama jangan dijadikan media formal untuk
meraih citra moral semata dengan menampilkan kegiatan-kegiatan
eksklusif. Hal ini dapat menimbulkan beban hidup yang memberatkan hidup.
Agama yang intinya berupa sradha dan bhakti pada Tuhan hendaknya
diimplementasikan menjadi sistem religi yang lebih dinamis untuk
menuntun hidup ke dalam berbagai sistem budaya.
Dharma juga berarti kebenaran, kewajiban dan
kebajikan. Untuk mendapatkan hidup makmur dan sejahtera itu hiduplah
berdasarkan kebenaran, berbuat sesuai dengan kewajiban hidup. Di samping
itu, dharma juga berarti melakukan kebajikan pada sesama ciptaan Tuhan.
Dhana artinya harta benda berupa kekayaan. Hal ini
harus dicari dan lindungi dengan tepat, baik dan benar. Mendapatkan
dhana haruslah berdasarkan dharma. Dalam Wrehaspati Tattwa 32 ada
delapan kepuasan hidup atau Asta Tusti yang seyogianya diusahakan dalam
hidup ini. Di antaranya Arjana dan Raksana. Arjana artinya rezeki atau
penghasilan yang dapat dikumpulkan dengan kerja yang benar. Sedangkan
Raksana adalah memperoleh rasa aman. Juga berarti menggunakan rezeki
atau Arjana itu dengan sebaik-baiknya sehingga menimbulkan rasa aman
dalam diri.
Dhana itu seharusnya digunakan untuk menyukseskan
tujuan mencapai Dharma, Artha dan Kama. Pemeliharaan dan perlindungan
dhana itu agar jangan penggunakan dhana itu justru menimbulkan perilaku
adharma.
Dhanyan artinya bahan makanan. Bahan makanan itu
harus didapatkan dari dharma dengan tidak merusak alam sumber dari bahan
makanan itu, dipilih makanan yang satvika, diolah secara Catur Sudhi
sehingga bahan makanan yang diolah itu tetap dapat berfungsi sebagai
bahan makanan yang sehat dan tetap Satvika Ahara. Pola makan dengan
konsep ilmu kesehatan yang tepat.
Guru Wacanam artinya kata-kata bijak atau Subha Sita
yang dikembangkan oleh para guru suci seperti para maharesi dan para
pandita yang ahli dalam mengembangkan ajaran suci Weda ke dalam
kata-kata sastra yang bermakna dan dapat meresap ke dalam lubuk hati
sanubari umat. Kata-kata bijak atau Subha Sita itulah yang harus
dilindungi dengan diajarkan pada umat melalui sistem pendidikan baik
formal, nonformal dan informal. Kata-kata bijak guru suci itu adalah
warisan karya para resi yang telah banyak, baik dalam wujud Itihasa
maupun Purana dan kitab-kitab Sastra Weda lainnya. Kata-kata bijak ini
harus disebarkan seluas-luasnya sepanjang masa pada setiap generasi.
Dengan demikian umat akan terus tertuntun oleh kata-kata bijak sebagai
wacana para guru suci itu sebagai media penyebaran ajaran Weda sabda
Tuhan.
Ausada artinya obat-obatan sebagai cara untuk
memelihara kesehatan masyarakat. Dalam pengertian yang lebih luas Ausada
juga berarti melindungi sistem hidup sehat untuk diterapkan pada setiap
generasi. Demikianlah lima hal yang wajib dilindungi kalau ingin
mendapatkan hidup yang sejahtera.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar